Berikut adalah lima pilihan posisi melahirkan (selain berbaring), disarikan dari buku 9 Bulan yang Penuh Keajaiban:
1. Setengah duduk. Posisi
setengah duduk juga posisi melahirkan yang umum diterapkan di berbagai
rumah sakit atau klinik bersalin di Indonesia. Posisi ini mengharuskan
ibu duduk dengan punggung bersandar bantal, kaki ditekuk dan paha dibuka
ke arah samping.
Keuntungan:
Posisi ini membuat ibu merasa nyaman. Sumbu jalan lahir yang perlu
ditempuh untuk bisa keluar lebih pendek. Suplai oksigen dari ibu ke
janin berlangsung optimal.
Kekurangan: Posisi ini bisa menyebabkan keluhan pegal di punggung dan kelelahan, apalagi kalau proses persalinannya lama.
2. Lateral (miring). Posisi
ini mengharuskan ibu berbaring miring ke kiri atau ke kanan. Salah satu
kaki diangkat sedangkan kaki lainnya dalam keadaan lurus. Biasa
dilakukan bila posisi kepala bayi belum tepat. Normalnya posisi
ubun-ubun bayi berada di depan jalan lahir, menjadi tidak normal bila
posisi ubun-ubun berada di belakang atau samping. Miring ke kiri atau ke
kanan tergantung posisi ubun-ubun bayi. Jika di kanan, ibu diminta
miring ke kanan dengan harapan bayinya akan memutar. Posisi ini juga
bisa digunakan bila persalinan berlangsung lama dan ibu sudah kelelahan
dengan posisi lainnya.
Keuntungan:
Peredaran darah balik ibu mengalir lancar. Pengiriman oksigen dalam
darah ibu ke janin melalui plasenta tidak terganggu. Karena tidak
terlalu menekan, proses pembukaan berlangsung perlahan-lahan sehingga
persalinan relatif lebih nyaman.
Kekurangan:
Posisi ini membuat dokter atau bidan sedikit kesulitan membantu proses
persalinan. Kepala bayi lebih sulit dipegang atau diarahkan.Bila harus
melakukan episiotomi pun posisinya lebih sulit.
3. Berdiri/Setengah jongkok.
Dalam satu kesempatan, dr Judi J. Endjun, SpOG, ahli kebidanan dan
kandungan bercerita, saat PTT di Timor-Timur (sekarang Timor Leste), ia
dibuat tertegun dengan cara wanita sana melahirkan. Ia menyaksikan, sang
suami yang istrinya akan melahirkan membakar kayu hingga menjadi bubuk
abu, lalu abu itu ditabur di atas lantai rumah. Kemudian dua buah kain
digantungkan di atas rumah, tepat di atas abu yang ditebar tadi. Si ibu
berpegangan pada kain, dan tak perlu menunggu lama, si bayi langsung
lahir dan “mendarat” di atas abu hangat yang steril. Sebuah kearifan
lokal yang membuatnya geleng-geleng kepala. Tak hanya di Timor, beberapa
suku di China pun ternyata mempunyai kebiasaan yang sama, yakni
melahirkan dengan berdiri.
Keuntungan:
Posisi ini selaras dengan gaya gravitasi bumi. Sehingga, kekuatan
mengejan ibu jauh lebih kuat. Memang, pada posisi berdiri jalan lahir
langsung lurus dengan tanah. Seolah-olah ibu menekan tanah dengan
kekuatan seluruh tubuhnya. Sehingga dibutuhkan kesiapan semua pihak yang
membantu persalinan, jangan sampai bayi “meluncur” terlalu cepat hingga
cedera. Supaya hal ini tidak terjadi, biasanya sudah disiapkan bantalan
yang empuk dan steril untuk menahan kepala dan tubuh bayi.
Kekurangan: Dokter atau bidan sedikit kesulitan bila harus membantu persalinan melalui episiotomi atau memantau perkembangan pembukaan.
4. Jongkok. Beberapa
suku di Indonesia Timur, mulai Lombok Timur hingga Papua, wanitanya
mempunyai kebiasaan melahirkan dengan cara jongkok.
Keuntungan:
Posisi ini menguntungkan karena pengaruh gravitasi tubuh, ibu tak harus
bersusah-payah mengejan. Bayi akan keluar lewat jalan lahir dengan
sendirinya.
Kekurangan:
Bila tidak disiapkan dengan baik, posisi jongkok amat berpeluang membuat
kepala bayi cedera, sebab bayi bisa “meluncur” dengan cepat. Supaya hal
ini tidak terjadi, biasanya sudah disiapkan bantalan yang empuk dan
steril untuk menahan kepala dan tubuh bayi. Dokter atau bidan pun
sedikit kesulitanbila harus membantu persalinan melalui episiotomi atau
memantau perkembangan pembukaan.
5. Dalam air. Bisa jadi
di Indoensia melahirkan dalam air termasuk hal baru, tetapi di Eropa
Timur, terutama di Rusia, cara melahirkan seperti ini sudah sangat
lazim. Sampai-sampai muncul anekdot, keunggulan atlet renang Eropa Timur
antara lain terbentuk karena sejak lahir bayi-bayi di sana sudah
“dipaksa” latihan berenang. Ketika ibu hamil sudah masuk bukaan 5-6,
dengan dibantu dokter atau perawat, ibu hamil dimasukkan ke kolam khusus
yang dipastikan kebersihan dan sterilisasinya. Temperatur air harus
sesuai dengan suhu tubuh ibu, tidak kurang atau lebih, untuk mencegah
terjadinya temperature shock saat bayi meluncur ke air.
Keuntungan:
Kelebihan utama melahirkan di air adalah ibu sangat rileks, karena
adanya rileksasi semua otot tubuh, terutama otot-otot yang terkait
dengan proses persalinan. Mengejan menjadi lebih mudah dan tidak
merasakan sakit seperti proses persalinan lainnya. Jangan khawatir bayi
akan “tenggelam” begitu lahir, sebab selama dalam kandungan pun
sejatinya bayi hidup di dalam air ketuban ibu.
Kekurangan:
Risiko air tertelan oleh bayi sangat besar, karena itu proses ini
membutuhkan kesiapan semua pihak, baik peralatan yang digunakan maupun
dokter kandungan, perawat, atau dokter anak yang langsung mengecek
keadaan bayi begitu lahir.Bila prosesnya berlangsung terlalu lama, ibu
bisa mengalami hipotermia atau suhu tubuh terlalu rendah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar