HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SUAMI
TERHADAP KUNJUNGAN ANTENATAL CARE PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIKARANG - BEKASI TAHUN
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Upaya peningkatan kesehatan ibu telah
dilakukan, baik ditingkat nasional maupun internasional, Di tingkat
internasional (WHO) memperkirakan 585.000 perempuan meninggal setiap hari
akibat komplikasi kehamilan dan persalinan. Dimana saat ini tengah digalakkan
program Innitiatives for Maternal Mortality Program Assesment (IMMPACT)
atau inisiatif program penilaian penurunan kematian ibu yang bertujuan mencari
diantara strategi interaksi yang sudah ada, strategi manakah yang paling
efektif dan cost efektif untuk menurunkan kematian ibu diberbagai situasi
sosial dan budaya di negara berkembang dan menilai implikasi dan strategi
tersebut terhadap pemerataan dan kesinambungan pelayanan kesehatan ibu dan
neonatal (UNICEF, 2000) dalam (Masrianto. I, 2001). Dasuki (2000) mengemukakan
bahwa di dunia ini setiap unit seorang perempuan meninggal karena komplikasi
dan persalinan. Dengan kata lain 1400 perempuan meninggal setiap hari atau
lebih dari 500.000, perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan dan
persalinan.
Di Indonesia, upaya meningkatkan
kesehatan ibu dilakukan dengan melengkapi fasilitas pelayanan kesehatan
sehingga mampu menyediakan pelayanan dasar kebidanan seperti transfusi darah,
anestesi dan operasi, Strategi Making Pregnancy Safer (MPS) atau
kehamilan yang aman sebagai kelanjutan dari program Safe Mother Hood
(SMH) telah dicanangkan dengan tujuan untuk mempercepat penurunan kesakitan dan
kematian ibu dan meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan
bayi, Namun angka kematian ibu penurunannya masih relatif lambat(SDKI 2002-2003
). Saat ini di Indonesia,
AKI masih tergolong tinggi yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI
2002-2003) menjadi 284 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (Depkes RI,
2007). Pada tahun 2008 angka kematian Ibu cukup tinggi 6-8 per 1000 kelahiran
hidup (Wijdosastro, 2008). Dukungan suami terhadap istri selama hamil sebesar
38% dan yang tidak mendukung sebesar 46% sedangkan target dukungan suami
sekitar 85 % (Mersi Lusianawaty tahun 2003).
Dibandingkan dengan negara-negara Asia
Tenggara lainnya, misalnya saja di Vietnam
memiliki AKI 200 per 100.00 kelahiran hidup, di Singapura 5 per 100.000
kelahiran hidup, sedangkan di Malaysia 69 per 100.000 kelahiran hidup dan di
Philipina 142 per 100.000 kelahiran hidup. Diharapkan untuk Indonesia Sehat
2010, AKI menurun
menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup (Harian Kompas, 23/7/2007).
Walaupun telah terjadi penurunan angka
kematian ibu yang cukup berarti yaitu sekitar 520 per 100.000 kelahiran hidup
sekitar 35 tahun yang lalu menjadi 290 per 100.000
(Survei Kesehatan Rumah Tangga, 1994) namun angka ini masih cukup tinggi bahkan
tertinggi di lingkungan Asia Tenggara (Dwiaty, Walukono & Komala, 2000).
Fakta lain menunjukkan bahwa di Indonesia, dua orang ibu meninggal setiap jam
karena kehamilan, persalinan dan nifas. Banyak faktor yang menyebabkan
rendahnya cakupan K-1 dan K-4 salah satunya adalah kurangnya dukungan suami
terhadap isteri dalam memeriksakan kehamilannya terhadap petugas kesehatan yang
berdampak pada rendahnya keinginan ibu untuk memanfaatkan fasilitas Antenatal
Care (ANC) (Hakimi, 2007).
Menurut Farrer (2001) frekuensi
kunjungan ibu hamil untuk memanfaatkan fasilitas Antenatal Care tergantung pada
dukungan lingkungan sosialnya, terutama dukungan suami. Friedman (2001)
mengemukakan bahwa ikatan suami isteri yang kuat sangat membantu ketika
keluarga menghadapi masalah, karena suami atau isteri sangat membutuhkan
dukungan dari pasangannya. Dukungan tersebut akan tercipta apabila
hubungan interpersonal keduanya baik. Di daerah pedesaan suami sangat berperan
dalam proses pengambilan keputusan dalam suatu keluarga, sedangkan isteri hanya
bersifat membantu dengan memberikan sumbang saran (Widjosastro, H: 2003).
Pentingnya pelayanan ANC secara teratur
sebenarnya bukan hanya untuk ibu, pemeriksaan kehamilan pun untuk kesejahteraan
janin. Untuk ibu misalnya berguna unutk mendeteksi dini jika ada komplikasi
kehamilan, sehingga dapat segera mengobatinya mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan selama kehamilan, mempersiapkan mental dan fisik dalam menghadapi
persalinan, mengetahui berbagai masalah dengan kehamilan, sehingga dapat segera
ditentukan pertolongan persalinan yang aman. (Mediana, 2007). Sedangkan untuk
bayi pemeriksaan itu pemeriksaan itu bisa meningkatkan kesehatan janin dan
mencegah janai lahir prematur, bayi berat badan lahir rendah,lahir mati,
ataupun mengalami kematian saat baru lahir.
Di Kabupaten Bekasi, untuk menurunkan angka kematian ibu telah
dilakukan pelatihan bidan sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan ibu terdepan
melalui proyek Health Mothers Healthy Babies (HMHB), penyediaan
fasilitas pelayanan antenatal care di Polindes, Pustu, Puskesmas dan rumah
sakit, namun penurunan angka kematian ibu masih relatif lambat. Hal tersebut
disebabkan karena tingginya komplikasi obstetri. Misalnya saja pada tahun 2003,
penyebab kematian ibu pasca persalinan sebesar 52%, eklmasia 13%, infeksi 5%
dan lain-lain 30%. Di sisi lain, kemauan ibu untuk memanfaatkan pelayanan
antenatal care di sarana-sarana kesehatan masih relatif rendah. Hal ini tercermin
untuk Kabupaten Bekasi, kunjungan
(K-1) tahun 2010 sebesar
84,22%, kemudian kunjungan ibu hamil lama (K-4) sebesar 75,21%, target cakupan
K-1 sebesar 97,9% dan K-4 minimal 88,6%, sasaran ibu hamil sekitar 96.072
orang. Untuk tahun 2011 kunjungan K-1
sebesar 79,73%, untuk K-4 sebesar 72,75%. untuk target K-1 Minimal 90%, untuk K-4 minimal
84,8%, sasaran sekitar 59,281 orang. Tahun 2008 kunjungan K-1 sekitar 31,88%,
K-4 75,73%, target K-1 minimal 86%, K-4 95,6%. Untuk sasaran ibu hamil sekitar
2.122 orang. (Profil Dinkes Kabupaten
Bekasi, 2010-2011).
Di wilayah kerja Puskesmas Cikarang, cakupan K-1
untuk tahun 2010 sekitar 76,2%
dan K-4 sebesar 46%, dan target K-1 82%, K-4 94%, untuk sasaran ibu hamil 439
orang kemudian untuk tahun 2011 cakupan K-1
sekitar 52%, K-4 46% target K-1 90%, K-4 96%. Sasaran ibu hamil 656 orang jauh lebih
rendah dari Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kab. Bekasi yang telah
ditetapkan yakni 95%. Angka tersebut menunjukkan bahwa frekuensi ibu hamil
untuk memeriksakan kehamilannya masih tergolong rendah. (Data Puskesmas Cikarang Kabupaten Bekasi , 2010-2011),
Berdasarkan fenomena di atas penulis
tertarik untuk melaksanakan penelitian tentang “Hubungan Antara Dukungan Suami Terhadap
Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Cikarang Kabupaten Bekasi Tahun
2012”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah“ Apakah ada hubungan antara Dukungan Suami Terhadap Kunjungan
Antenatal Care Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Cikarang Kabupaten Bekasi Tahun
2012”.
C. Tujuan
Penelitian
1.
Umum
Untuk mengetahui hubungan antara
dukungan suami terhadap kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja
Puskesmas Cikarang
Kabupaten Bekasi Tahun 2012”.
2.
Khusus
a.
Untuk
mengetahui hubungan antara dukungan psikologis suami terhadap kunjungan
Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Cikarang Kabupaten Bekasi Tahun 2012”.
b.
Untuk
mengetahui hubungan antara dukungan sosial suami terhadap kunjungan Antenatal
Care di Wilayah Kerja Puskesmas Cikarang Kabupaten Bekasi Tahun
2012”.
c.
Untuk
mengetahui hubungan suami yang dominan antara dukungan psikologis dan sosial
terhadap kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Cikarang Kabupaten Bekasi Tahun
2012”.
D. Manfaat
Penelitian
1.
Manfaat
Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah
ilmu kesehatan masyarakat khususnya dalam rangka menurunkan angka kematian ibu
dan dapat merupakan referensi untuk peneliti selanjutnya.
2.
Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan
bagi pihak Puskesmas Cikarang dalam rangka
meningkatkan pelayanan Antenatal Care.
3.
Manfaat Bagi
peneliti
Bagi penulis, penelitian ini merupakan proses belajar
menemukan kebenaran pengetahuan dan menambah wawasan pengetahuan tentang
pemanfaatan Antenatal Care.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Telaah Pustaka
- Tinjauan Tentang Dukungan Suami
a.
Pengertian
Terdapat banyak defenisi tentang
dukungan yang dikemukakan oleh para ahli. Sheri dan Radmacher (2000) menekankan
pengertian dukungan sebagai sumber daya yang disediakan lewat interaksi dengan
orang lain “support is the resource to us thorough our interaction with
other people”. Pendapat lain dikemukakan oleh Siegel dalam Taylor (2001)
yang menyatakan bahwa dukungan adalah informasi dari orang lain bahwa ia
dicintai dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai serta merupakan
bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama.
Dari beberapa defenisi di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa dukungan suami adalah ketersediaan sumber daya yang
diberikan oleh suami terhadap isterinya baik berupa kenyamanan fisik dan
psikologis yang diperoleh melalui pengetahuan bahwa individu tersebut dicintai,
diperhatikan dan disayangi. Dukungan sosial dari keluarga dan suami sangat
berpengaruh terhadap proses kehamilan seorang ibu, jika kehamilan disertai
dengan dukungan penuh dari suami dan keluarga, maka proses kehamilan akan
berjalan dengan baik yang secara tidak langsung akan mempengaruhi
kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya. Kehamilan akan memberi dampak
terhadap kelangsungan kehidupan keluarga, baik berupa penambahan biaya,
pengurangan atau penambahan beban pekerjaan, perubahan jasmani dan pengurangan
frekuensi hubungan dengan orang lain yang kesemua itu akan menimbulkan stress
bagi ibu hamil.
Terjadinya pola kehidupan sehari-hari
yang disertai dengan labilitas emosional yang terjadi sampai batas tertentu
karena perubahan hormon dan kebutuhan psikologis di dalam tubuhnya.
Permasalahan yang timbul dapat diatasi oleh ibu seorang diri tetapi harus
didukung oleh orang disekelilingnya terutamanya suaminya (Farrer, 2001).
Bagi ibu pekerja tidak ada
halangan untuk melaksanakan pekerjaan secara rutin. Ibu hamil masih dapat
bekerja menjelang persalinan sehingga untuk melakukan pemeriksaan kehamilan di
Wilayah Kerja Puskesmas atau Posyandu bukanlah halangan selama hal-hal
yang bersifat membahayakan kehamilan dapat dicegah atau dihindari. Ibu hamil
dianjurkan untuk dapat mengatur waktu istirahat dengan diet yang baik serta
memeriksakan kehamilan secara teratur. Oleh karena itu dukungan suami sangat
dibutuhkan untuk proses kehamilan yang aman (Mannuaba, 1999).
Dukungan dan partisipasi pria sangat
dibutuhkan oleh seorang istri pada saat hamil, antara lain suami harus dapat
menghindari 3T yaitu (a) terlambat mengambil keputusan, (b) terlambat ke tempat
pelayanan kesehatan dan (c) terlambat memperoleh pelayanan medis. Seorang suami
hendaknya waspada dan berjaga-jaga serta bertindak jika melihat adanya
tanda-tanda bahaya dalam kehamilan (BKKBN, 2007).
Untuk menghindari tingginya AKI
yang disebabkan oleh komplikasi akibat kehamilan (perdarahan, infeksi dan
lain-lain), maka partisipasi suami sangat diharapkan dan salah satunya harus
diwujudkan dalam bentuk suami SIAGA yaitu :
1)
Siap, suami hendaknya waspada dan bertindak atau mengantisipasi jika melihat
adanya tanda bahaya kehamilan seperti sering pusing, mual, muntah berlebihan,
bengkak pada wajah dan tungkai dan komplikasi-komplikasi lainnya. Seorang suami
hendaknya jeli dan berperan aktif dalam mencari informasi-informasi kesehatan
khususnya informasi kesehatan ibu hamil agar suami lebih mudah untuk mengontrol
kehamilan isterinya.
2)
Antar, suami hendaknya senantiasa menyediakan angkutan yang akan dipakai menuju
sarana pelayanan kesehatan agar bila terjadi komplikasi dalam proses kehamilan
dan persalinan istrinya, suami dapat mengantar langsung isterinya ketempat pelayanan
kesehatan serta mengurangi keterlambatan tiba di sarana kesehatan.
3)
Jaga, suami hendaknya selalu mendampingi isteri selama proses kehamilan sampai
persalinan. Seorang isteri akan merasa senang dan lebih semangat dalam
menjalani kehamilannya apabila ditemani oleh suaminya, karena ia akan merasa
diperhatikan dan disayangi oleh suaminya (Handayani, 2000).
b.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Suami Dalam Masa Kehamilan Istri
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
dukungan suami dalam masa kehamilan isterinya dapat diuraikan di bawah ini :
1)
Dukungan psikologis
Dukungan psikologis adalah suatu sikap
yang memberikan dorongan dan penghargaan moril kepada ibu selama masa
kehamilannya, misalnya suami sangat membantu ketenangan jiwa isterinya, suami
mendambakan bayi dalam kandungan istri, suami menunjukkan kebahagiaan pada
kehamilan, suami tidak menyakiti istri, suami menghibur atau menenangkan ketika
ada masalah yang dihadapi isteri, suami berdoa untuk kesehatan atau keselamatan
istri dan anaknya (Retnowati, 2005).
2)
Dukungan sosial
Dukungan sosial adalah suatu sikap
dengan cara memberikan kenyamanan dan bantuan secara fisik atau nyata kepada
ibu selama masa kehamilannya, misalnya suami memperhatikan kesehatan isteri
yakni menanyakan keadaan istri atau janin yang dikandungnya, suami mengantar
atau menemani istri memeriksakan kehamilannya, suami menasihati agar isteri
tidak terlalu lelah bekerja di rumah atau di tempat kerja dan suami membantu
tugas istri (Yanuasti, 2001). Dukungan sosial juga di sebut sebgai
Dukungan instrumental yaitu bantuan yang diberikan secara langsung,
bersifat fasilitas atau materi misalnya menyediakan fasilitas yang diperlukan,
memberikan uang, memberikan makanan, permainan atau bantuan yang lain. Aspek ini
di dukung oleh Smet (1995) dan Taylor (1995) dimana bantuan instrumental ini
berupa dukungan materi seperti benda atau barang yang dibutuhkan oleh orang
lain dan bantuan finansial untuk biaya pengobatan, pemulihan maupun biaya hidup
sehari-hari selama seseorang tersebut belum dapat menolong dirinya sendiri.
3)
Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan akan mempengaruhi
wawasan dan pengetahuan suami sebagai kepala rumah tangga semakin rendah
pengetahuan suami maka akses terhadap informasi kesehatan istrinya akan berkurang
sehingga suami akan kesulitan akan mengambil keputusan secara efektif. Akhirnya
pandangan baru yang perlu diperkenalkan dan disosialisasikan kembali untuk
memberdayakan kaum suami mendasarkan pada pengertian bahwa suami memainkan
peranan yang sangat penting, terutama dalam pengambilan keputusan berkenan
dengan kesehatan reproduksi pasangannya ( Hasriyanti, 2005)
4)
Pendapatan
Pada masyarakat kebanyakan 75%-100%
penghasilannya dipergunakan untuk membiayai keperluan hidupnya bahkan banyak
keluarga rendah yang setiap bulan bersaldo rendah sehingga pada akhirnya ibu
hamil tidak diperiksakan ke pelayanan kesehatan karena tidak mempunyai
kemampuan untuk membayar. Atas dasar faktor tersebut maka diatas maka prioritas
kegiatan GSI ditingkat keluarga dalam pemberdayaan suami tidak hanya terbatas
pada kegiatan yang bersifat anjuran saja seperti yang selama ini akan tetapi
akan bersifat holistik. Secara kongkrit dapat dikemukakan bahwa pemberdayaan
suami perlu dikaitkan dengan pemberdayaan ekonomi keluarga sehingga kepala
keluarga tidak mempunyai alasan untuk tidak memperhatikan kesehatan karena
permasalahan keuangan (Yanuasti, 2001).
5)
Budaya
Diberbagai wilayah Indonesia terutama
di dalam masyarakat yang masih tradisional menganggap istri adalah konco wingking,
yang artinya bahwa kaum wanita tidak sederajat dengan kaum pria, dan wanita
hanyalah bertugas untuk melayani kebutuhan dan keinginan suami saja. Anggapan
seperti ini mempengaruhi perlakuan suami terhadap kesehatan reproduksi istri,
misalnya kualitas dan kuantitas makanan yang lebih baik, baik dibanding isteri
maupun anak karena menganggap suamilah yang mencari nafkah dan sebagai kepala
rumah tangga sehingga asupan zat gizi mikro untuk istri kurang, suami tidak
empati dan peduli dengan keadaan ibu yang sedang hamil maupun menyusui anak dan
lain-lain.
Beberapa cara merubah budaya diatas
antara lain :
a)
Persepsi mengenai keseteraan gender perlu diberikan dan disosialisasikan sejak
dini melalui kegiaatan formal (sekolah) maupun non formal (kelompok masyarakat)
dan diaplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari.
b)
Penyuluhan pada sarana maupun tempat dimana pria selalu berkumpul dan
berinteraksi misalnya tempat kerja, tukang cukur, dan lain-lain.
c)
Memberikan informasi sesering mungkin dengan stimulasi yang menarik perhatian
d)
Masyarakat indonesia pada umumnya masih mempunyai perasaan malu dan sungkang
pada lingkungan sekitar, oleh karena itu dalam pemeriksaan GSI perlu dipikirkan
sesuatu aturan atau kegiatan yang dapat memotivasi kepala keluarga untuk segera
merearisasikan kepedulian kepada istrinya (Yusrianti, 2001)
- Tinjauan Tentang Antenatal Care
Antenatal Care adalah pelayanan
kesehatan oleh tenaga profesional (dokter spesialis, kebidanan, dokter umum,
bidan, pembantu bidan dan perawat bidan), untuk ibu selama kehamilannya sesuai
dengan standar internasional yang meliputi 7T yaitu (1) timbang berat badan
ukur tinggi badan, (2) ukur tekanan darah, (3) pemberian imunisasi tetanus
neonatorum, (4) ukur tinggi fundus uteri, (5) pemberian tablet besi minimal 90
tablet selama masa kehamilan, (6) test pemeriksaan penyakit menular seksual (7)
temuwicara (Saifuddin dkk, 2001).
Penetapan standar 7 T harus dipenuhi
dengan minimal empat kali kunjungan dengan distribusi sekali pada triwulan
pertama, sekali triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga. Jumlah
kunjungan tersebut dapat dipakai untuk melihat kualitas pemanfaatan Antenatal
Care. Berdasarkan keteraturan kunjungan ibu hamil ini, cakupan Antenatal Care
dapat dievaluasi yang dikenal dengan K-1 dan K-4. K-1 adalah kunjungan baru ibu
hamil dan K-4 adalah terpenuhinya seluruh kunjungan yang diharapkan. Jadi
Antenatal Care yang tidak memenuhi standar 7 T tersebut belum dapat dianggap
suatu Antenatal Care (Depkes RI, 2001).
Mochtar (2000) mengemukakan bahwa
tujuan Antenatal Care adalah mendapatkan ibu dan anak yang sehat, menurunkan
angka kesakitan dan kematian ibu dan anak sebagai akibat langsung dari proses
reproduksi manusia, mengenal, mengobati dan mengurangi bahaya penderitaan dan
komplikasi proses reproduksi selama hamil, sewaktu persalinan dalam masa nifas,
mencari dan mengurangi secara bertahap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
kelangsungan proses reproduksi baik medis maupun non medis dalam masyarakat.
Penelitian Wibowo (2004) menemukan
bahwa ada enam faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Antenatal Care
berturut-turut yakni (a) faktor akses terhadap antenal care yang meliputi
jarak, total waktu dan desa, (b) faktor ciri sosial ibu hamil yang meliputi
tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap ibu tentang Antenatal Care, (c)
faktor keadaan ekonomi keluarga yang meliputi belanja keluarga per bulan dan
keterjangkauan pelayanan, (d) faktor ciri reproduksi ibu hamil yang meliputi
jumlah kelahiran dan umur ibu (e) faktor kondisi kesehatan selama hamil yang
meliputi keluhan yang dirasakan, persepsi keadaan kesehatan selama hamil dan
kadar Hb (f) faktor yang meliputi tindakan pengobatan bila sakit selama
hamil.
Pentingnya pelayanan ANC secara teratur
yang dilakukan 4 kali selama kehamilan yakni :
a.
Satu kali pada trismester pertama pada umur kehamilan kurang dari 14 minggu
yang berfungsi untuk membina hubungan saling percaya antara bidan dengan ibu,
mendeteksi secara dini masalah/keluhan yang dirasakan oleh ibu yang dapat diobati
sebelum mengancam jiwa ibu, mencegah masalah yang umumnya terjadi pada ibu
hamil seperti anemia defisiensi zat besi, pengggunaan praktek tradisional
yang merugikan, mendorong perilaku yang sehat (Nutrisi, Latihan dan kebersihan,
istrahat dan lain-lain)
b.
Satu kali pada trimesteri kedua ( antara minggu ke 14- 28) fungsinya sama
seperti kunjunan trimester pertama tetapi perlu kewaspadan khusus mengenai
preklamsi, pemantaun tekanan darah, periksa protein urin dan gejala lainnya.
c.
Dua kali pada trimester ketiga (antara minggu 28-36 minggu dan sesudah minggu
ke 36) yang fungsinya sama seperti kunjungan sebelumnya tetapi perlu adanya
palpasi abdomen untuk mendeteksi adanya kehamilan ganda, deteksi kehamilan
letak, atau kondisi lainnya yang memerlukan kelahiran di rumah sakit.
Pemeriksaan antenatal yang teratur
dapat mendeteksi secara dini komplikasi-komplikasi yang bisa saja terjadi
masa kehamilan (Bobak, 2004).
1)
Pelaksana Antenatal Care meliputi tenaga medis (dokter) dan tenaga paramedis
(bidan, perawat yang sudah mendapatkan pelatihan Antenatal Care). Jadwal
pemeriksaan Antenatal Care sebagai berikut : Trimester I dan II, Setiap
bulan sekali diambil data tentang laboratorium, pemeriksaan
ultrasonografi, nasehat diet tentang empat sehat lima sempurna, tambahan
protein ½ gr/kg bb = satu telur/hari. Observasi adanya penyakit yang dapat
mempengaruhi kematian, komplikasi kehamilan dan imunisasi tetanus.
2)
Trimester III, Setiap dua minggu sekali sampai ada tanda kelahiran, evaluasi
data laboratorium untuk melihat hasil pengobatan, diet empat sehat lima
sempurna, pemeriksaan ultrasonografi, imunisasi tetanus, observasi adanya
penyakit yang menyertai kehamilan, komplikasi hamil trimester ketiga, rencana
pengobatan, nasehat tentang tanda-tanda inpartu, kemana harus datang untuk
melahirkan.
Jadwal melakukan pemeriksaan Antenatal
Care sebanyak 12 sampai 13 kali selama hamil. Di Negara berkembang Antenatal
Care dilakukan sebanyak empat kali sudah cukup sebagai kasus yang tercatat
(Mochtar, 2000). Ada dua jenis intervensi dalam Antenatal Care, yaitu :
1)
Intervensi dasar, yaitu perlakuan yang diberikan kepada semua ibu hamil yang
mendapatkan pemeriksaan kehamilan yang meliputi pemberian tetanus toxoid,
tablet zat besi, vitamin dan mineral, serta penyuluhan secara terarah.
Intervensi dasar ini terdiri dari :
a)
Pemberian (TT) Tujuan pemberian TT adalah untuk melindungi janin dari tetanus
neonatorum. Pemberian TT baru menimbulkan efek perlindungan bila diberikan
sekurang-kurangnya dua kali, dengan interval minimal empat minggu, kecuali
sebelumnya ibu telah mendapat TT dua kali pada kehamilan yang lalu atau pada
masa calon pengantin, maka TT cukup diberikan satu kali saja.
b)
Pemberian tablet zat besi (Fe) Tujuan pemberian tablet zat besi adalah untuk
memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas, karena pada masa kehamilan
kebutuhannya meningkat. Cara pemberiannya adalah satu tablet per hari sesudah
makan selama masa kehamilan dan nifas.
c)
Pemberian tablet multivitamin, Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan akan
berbagai vitamin dan mineral bagi ibu dan janin, Cara pemberiannya adalah per
hari, selama masa kehamilan dan nifas.
2)
Intervensi khusus, yang diberikan kepada ibu hamil sesuai dengan faktor risiko
dan kelainan yang ditemukan, Perlakuan tersebut meliputi yang perlu dilakukan
oleh pelaksana Antenatal Care, yaitu pemantauan ketat/intensif, pemberian obat,
bila perlu dirujuk ketingkat pelayanan yang lebih lengkap.
Menurut WHO (2001) dalam Saifuddin, dkk
(2001) pedoman Antenatal Care, petugas memberi pelayanan setiap kunjungan,
mengenai : perencanaan kelahiran secara individu harus dimulai sejak kunjungan
pertama dan pada kunjungan-kunjungan berikutnya, imunisasi TT, pemberian tablet
besi, mempersiapkan kelengkapan dan alat-alat bersalin bila direncanakan
melahirkan di rumah, mencatat seluruh kegiatan antenatal (kunjungan pertama dan
berikutnya dan tindakan perawatan yang dilakukan), dukungan psikososial dan
menjadwalkan kunjungan selanjutnya. Kunjungan antenatal untuk kehamilan normal
meliputi kategori penilaian (riwayat, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium)
dan penyuluhan kesehatan.
- Tinjauan Tentang Kehamilan
a.
Pengertian
Kehamilan adalah proses dimana terjadi
pembuahan ovum oleh spermatozoa, Proses perubahan itu sendiri diawali dengan
koitus air mani yang terpancar ke dalam ujung atas vagina sebanyak 2-5 cc yang
mengandung spermatozoa sebanyak 80-120 juta tiap cc (Anderson, 2000). Tiap
spermatozoa terdiri atas tiga bagian yaitu caput atau kepala yang berbentuk
lonjong agak gepeng dan mengandung bahan nukleus, ekor dan bagian yang slindrik
menghubungkan kepala dengan ekor (Prawirohardjo S, 2006).
Spermatozoa berbentuk seperti kecobong
dengan kepala lonjong dan ekor seperti cambuk, bentuk ini untuk pergerakan ke
tuba fallopi melalui kanalis dan servikalis dan kavum uteri sampai menunggu
kedatangan ovum,Ovum yang dilepas ovarium disapu oleh mikrofilamen fibria ke
arah ostium tubae abdominale sampai ke tuba fallopi, Bagian kepala spermatozoa
yang telah masuk ke dalam ovum akan bersatu dengan ovum dan membentuk zigot
yang kemudian akan menjadi cikal bakal janin atau embrio (Anderson, 2000).
b.
Tanda-Tanda Kehamilan
Berhasilnya proses pembuahan
(kehamilan) dapat dilihat pada perubahan-perubahan fisik dan psikologis ibu
atau tanda (gejala) yang oleh (Prawirohardjo S, 2006) menyebutkan tanda-tanda
tersebut antara lain :
1)
Amonorea (terlambat datang bulan) yaitu konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak
terjadinya pembentukan folikel de graff dan ovulasi yang biasanya disebut
terlambat datang bulan.
2)
Mual (nausea) dan muntah (emesis) yaitu akibat pengaruh hormon estrogen dan
progesterone menyebabkan terjadinya pengeluaran asam lambung yang berlebihan
dan menimbulkan muak dan muntah.
3)
Ngidam yaitu keadaan dimana seorang wanita hamil sering menginginkan makanan
tertentu.
4)
Sinkope atau pingsan,Kondisi ini terjadi karena gangguan sirkulasi darah ke
arah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan syaraf pusat. Keadaan ini
akan menghilang setelah umur kehamilan 16 minggu.
5)
Payudara tegang, Kondisi disebabkan akibat pengaruh hormon estrogen,
progesterone dan samatomammotropin menimbulkan deposit lemak, air dan garam
pada payudara sehingga akan membesar dan tegang, Ujung syaraf akan tertekan
sehingga menimbulkan rasa sakit terutama pada hamil pertama.
6)
Sering miksi yaitu suatu gejala susah menahan air seni sebagai akibat kerja
hormon progesterone yang menghambat peristaltic usus.
7)
Pigmentasi kulit. Pada kulit terdapat hiperpigmentasi pada daerah dahi, pipi
dan hidung yang disebabkan kloasma gravidarum.
8)
Pembesaran rahim. Pembesaran uterus disebabkan oleh hipertropi otot-otot pada
uterus, disamping itu serabut-serabut kolagen menjadi nigroskopik akibat
meningkatnya kadar estrogen.
9)
Varises atau penampakan pembuluh darah vena. Penampakan ini sebagai akibat
kerja hormon yang terjadi di sekitar genitalia, kaki dan betis serta payudara.
c.
Masalah emosi dan kejiwaan selama kehamilan
Kehamilan merupakan periode yang
dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis adaptasi dari seorang
wanita yang pernah mengalaminya. Perubahan kondisi fisik dan emosional yang
kompleks, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses
kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang
ditumbuhkan dari norma-norma sosialkultural dan persoalan dalam kehamilan itu
sendiri dapat merupakan pencetus berbagai reaksi emosional ringan hingga ke
tingkat gangguan jiwa (Prawirohardjo S, 2006).
Dukungan psikologis dan perhatian akan
memberi dampak terhadap pola kehidupan sosial (keharmonisan, penghargaan,
pengobatan, kasih sayang dan empaty) pada wanita hamil dan aspek tekhnik dapat
mengurangi aspek sumber daya (tenaga ahli, cara penyelesaian persalinan normal,
akselasi, kendala nyeri dan asuhan neonatal).
B.
Landasan Teori
Dukungan suami dapat ditekankan sebagai
sumber daya yang disediakan lewat interaksi dengan orang lain “ support is
the resource to use through our interaction with other people”. Pendapat
lain bahwa dukungan tentang informasi dari orang lain adalah ia dicintai dan
diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai, serta merupakan bagian dari
jaringan komunikasi dan kewajiban bersama.
Dukungan suami merupakan ketersediaan
sumberdaya uang diberikan oleh suami terhadap istrinya baik berupa kenyamanan
fisik dan psikologis yang diperoleh melalui pengetahuan bahwa individu tersebut
diperhatikan, dicintai, dan disayangi. Dukungan sosial dan keluarga dan suami
sangat berpengaruh terhadap proses kehamilan seorang ibu, jika kehamilan
disertai dukungan yang penuh dari suami dan keluarga, maka proses kehamilan
akan berjalan dengan baik yang secara tidak langsung akan mempengaruhi
kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya. kehamilan akan memberi dampak
terhadap kelangsungan kehidupan keluarga, baik berupa penambahan biaya,
pengurangan atau penambahan beban pekerjaan perubahan jasmani dan pengurangan
frekuensi hubungan dengan orang lain yang kesemua itu akan menimbulkan stress
bagi ibu hamil.
Terjadinya pola kehidupan sehari-hari
yang disertai dengan labilitas emosional yang terjadi sampai batas tertentu
karena perubahan hormon dan kebutuhan psikologis di dalam tubuhnya.
permasalahan yang timbul dapat diatasi oleh seorang ibu tetapi harus disekelilingnya
terutama suaminya. Dukungan dan partisipasi pria sangat dibutuhkan oleh seorang
isteri pada saat hamil, antara lain suami harus dapat menghindari 3T yaitu (a)
terlambat mengambil keputusan, (b) terlambat ke tempat pelayanan kesehatan dan
(c) terlambat memperoleh pelayanan medis. Seorang suami hendaknya waspada dan
berjaga-jaga serta bertindak jika melihat adanya tanda-tanda bahaya dalam
kehamilan.
C.
Kerangka Konsep
D.
Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran penelitian di atas, maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini berbunyi :
1. Ho : Tidak ada
hubungan yang bermakna antara dukungan psikologis suami dengan kunjungan
Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Cikarang Kabupaten Bekasi Tahun 2012”.
Ha : Ada hubungan
yang bermakna antara dukungan psikologis suami dengan kunjungan Antenatal Care di
Wilayah Kerja Puskesmas Cikarang Kabupaten Bekasi Tahun 2012”.
2. Ho : Tidak Ada
hubungan yang bermakna antara dukungan sosial suami dengan kunjungan Antenatal Care di
Wilayah Kerja Puskesmas Cikarang
Kabupaten Bekasi Tahun 2012”.
Ha : Ada hubungan yang bermakna antara
dukungan sosial suami dengan kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja
Puskesmas Cikarang
Kabupaten Bekasi Tahun 2012”.
3. Ho :
Tidak Ada hubungan suami yang dominan antara dukungan psikologis
dan sosial suami terhadap kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja
Puskesmas Cikarang
Kabupaten Bekasi Tahun 2012”.
Ha :
Ada hubungan suami yang dominan antara dukungan psikologis dan sosial
terhadap kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Cikarang Kabupaten Bekasi Tahun
2012”.
BAB III
METODE
PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian
analitik dengan pendekatan cross
sectional yang bertujuan untuk mengetahui dinamika hubungan antara variabel
bebas (Dukungan suami) dengan variabel terikat (kunjungan Antenatal Care) melalui pendekatan point time. Artinya, antara
variabel bebas dan variabel terikat di observasi sekaligus pada saat yang sama
(Arikunto S, 2006,).
B.
Tempat dan Waktu Penelitian
1.
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di
Wilayah Kerja Puskesmas Cikarang
Kabupaten Bekasi Tahun 2012”.
2.
Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada
bulan Mei-Juni tahun 2012.
C.
Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Populasi dalam
penelitian ini adalah semua suami yang istrinya hamil dan memeriksakan
kehamilannya di wilayah Kerja Puskesmas di Wilayah Kerja Puskesmas Cikarang Kabupaten Bekasi Tahun
2012”. Sejak bulan Mei-Juni tahun 2012.
2.
Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah
suami yang isterinya hamil dan memeriksakan kehamilan. Metode penarikan sampel
menggunakan Acidental, Sedangkan
besar sampel dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:
(Notoatmodjo, 2005)
Keterangan:
n : Jumlah sampel
N : Jumlah populasi
d
: Penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan yang
diinginkan (0,05)
Sehingga didapatkan:
D.
Defenisi Operasional dan Kriteria Obyektif
Secara operasional, variabel perlu
didefenisikan yang bertujuan untuk menjelaskan makna variabel penelitian.
(Arikunto 2006) memberikan pengertian tentang defenisi operasional adalah unsur
penelitian yang memberikan petunjuk bagaimana variabel itu diukur. Variabel
penelitian terdiri dari satu variabel terikat dan satu variabel bebas, yaitu :
1. Kunjungan Antenatal Care
adalah pemanfaatan Antenatal Care oleh ibu hamil pada petugas kesehatan di
Wilayah Kerja Puskesmas Cikarang
Kabupaten Bekasi Tahun 2012, yang diukur berdasarkan tiga
pertanyaan yang diajukan dengan menggunakan skala
Guttman. Skor kunjungan Antenatal Care ini akan dikategorikan menurut
baik dan kurang dengan kriteria obyektif :
Baik
: Bila responden memanfaatkan Antenatal Care > 4
kali
Kurang
: Bila responden memanfaatkan Antenatal Care < 4 kali (Wibowo.A,2004)
2. Dukungan psikologis suami adalah dorongan
(motivasi) dan penghargaan moril suami terhadap ibu hamil selama masa
kehamilannya, (Retnowati, 2005) yang diukur berdasarkan 10 pertanyaan.
dengan kriteria obyektif :
Baik
: Bila total skor jawaban responden >60%
Kurang
: Bila total skor jawaban responden <60% (Notoatmodjo.S,2005)
3. Dukungan sosial suami adalah suatu sikap
dengan cara memberikan dorongan atau bantuan secara fisik atau yang nyata
kepada ibu selama masa kehamilanya, (yanuasti, 2001) yang diukur berdasarkan 10
pertanyaan.
dengan kriteria obyektif :
Baik
: Apabila total skor jawaban responden >60%
Kurang
: Bila total skor jawaban responden <60%
(Notoatmodjo, 2005)
E.
Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan
instrumen diantaranya kuesioner dengan jumlah sebanyak 23 pertanyaan dimana
yang benar diberi nilai 1 dan yang salah diberi nilai 0, buku register, catatan
mediccal record pasien di tempat
penelitian berlangsung.
F.
Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah
dukungan psikologis dan sosial suami dan kunjungan Antenatal Care yang
pengumpulannya melalui wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan dalam
bentuk kuesioner (Arikunto,2006).
2.
Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini
cakupan pemeriksaan kehamilan, sosiodemografi dan lain-lain yang relevan dengan
kebutuhan penelitian yang pengumpulannya dengan cara melihat dokumen
(profil Puskesmas dan laporan kunjungan ibu hamil).
G.
Pengolahan dan Analisis Data
Data diolah menggunakan bantuan
elektronik berupa perangkat-perangkat komputerisasi serta analisis data
menggunakan statistik inferensial dengan menggunakan uji statistik chi square dengan formula :
(Sugiyono, 2007)
Keterangan:
2 : Chi kuadrat
Fo : Frekuensi yang diobservasi
Fh : Frekuensi yang diharapkan
∑ : Sigma atau jumlah
Dasar pengambilan keputusan :
1. Ditolak, Jika 2hitung <
2tabel
2. Diterima, Jika 2hitung >
2tabel
H.
Penyajian Data
Data dalam penelitian ini disajikan
dalam bentuk grafik dan tabel distribusi frekuensi berdasarkan variabel yang
diteliti disertai dengan narasi
secukupnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, 2000. Meningkatkan Kehamilan Yang Aman. http/www.Reblika.Com
Diakses 05/05/2009
Arikunto S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek, Yogyakarta: Rineka Cipta.
Bobak, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Jakarta : EGC
Dasuki (2000), 2000.. Upaya Meningkatkan Kesehatan Ibu
dan Anak.. htttp://www peningkatan kesehatan ibu dan anak Majalah
Interaksi 1-3 Desember Hal. 12-15. diakses 09/04/2008
Depkes RI, 2001. Pedoman pelaksanaan Upaya
Peningkatan Neonatal, Jakarta
Dinas Kesehatan Kabupaten
Bekasi, 2010-2011. Profil Kesehatan Kabupaten Bekasi
Farrer (2001). Jati Diri Ibu Dimata Suami. Media
Promosi Kesehatan. htttp://www.kesehatan.go.id. diakses 05/05/2009
Friedman 2001. Peran Suami dalam kehamilan. http://www.Kesehatan.go.id
diakses 07/04/2008
Handayani,
2000. Upaya Mencegah Angka Kematian Ibu Di Indonesia. MediaPenelitian
& Pengembangan Kesehatan, htttp://www.Kurangnya kematian ibu di
indonesia.go.id. diakses 11s/05/2009
Hakimi, 1997. Evaluasi Efeketivitas Kehamilan Di
Kabupaten Purworejo, Majalan Kedokteran Indonesia.http/www.ilmu
kedokteran, diakses 05/05/2009
Harian Kompas, 23/7/2007, Angka Kematian Ibu di Indonesia Masih
Tinggi.
Hasriyanti, 2005. Studi Retrospektif Dampak Persalinan
Usia Remaja Di Wilayah Kerja Puskesmas Konda Kabupaten Konsel Tahun 2005, Skripsi
tidak dipublikasikan, Kendari
Manuaba Ida Bagus Gede , 1999, Memahami Kesehatan
Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcan
Masrianto, 2001. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil
Terhadap Kunjungan Antenatal Care Di Kecamatan Kalimana Kabupaten Purba.
http://www.Depkes.go.id. Diakses 05/05/2009
Mediana, 2007. Pentignya Pelayanan ANC Secara
Teratur. http://www. Pelayanan Antenatal care .go.Id diakses 05/05/209
Mercy Lucianawaty, 2003. Menjadi Ayah Yang Bertanggung
Jawab. Http//Www.Jhucccp.Go.Id Diakses 11/05/2009
Mochtar, Rustam. 2000. Synopsis Obsetri Patologi, Jakarta: EGC
Notoatmodjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Prawirohardjo dkk, 2006. Ilmu Kebidanan, Edisi
Ketiga Cetakan Kedelapan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka,
Retnowati, 2005. Persepsi Remaja Ketergantungan Napza
Mengenai Dukungan Keluarga Selama Masa Rehablitasi.
htttp://www.kesehatan.go.id. diakses 05/05/2009
Sheri dan Radmacher. 2000. Dukungan Suami Dalam Upaya
Mencegah Angka Kematian Ibu. http/www.Majalahafmica.Com,Diakses 05/05/2009
Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta
Syaifuddin,dkk 2001. Kebidanan Komunitas. Jakarta
: Tiara Putra
Taylor, 1999. Komunikasi Interpersonal Merupakan
Salah Satu Komponen Dukungan http/www.Suaraperempuan.Com, Diakses 05/05/2009
Wibowo Abdul . 2004. Faktor Penentu Pemanfaatan ANC
Dan Hubungan ANC Dengan Bayi Berat Lahir Rendah Di Kec. Ciawi, Desertasi
Yang Dipublikasikan Universitas Indonesia
Yanuasti, 2001. Dukungan Sosial Suami Terhadap
Pelayanan ANC . htttp://www.Sosial Suami.go.id. diakses 08/04/2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar